Prostusi Online Cewek Panggilan di Puncak Bogor - Masih ingat dengan kasus praktik prostitusi untuk kaum homoseksual di Hotel Cipayung Asri, Puncak, Jawa Barat?
Malam ini, tayangan AIMAN bersama Jurnalis KompasTV, Aiman Witjaksono, akan mengupas habis dalam episode "Awas Pemangsa Anak Lelaki".
Seperti diketahui, anggota Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri beberapa waktu membongkar sindikat praktik prostitusi untuk kaum homoseksual online.
Bermula dari penangkapan satu orang tersangka utama yang bernama Aryo, saat menjajakan tujuh orang korbannya di hotel Cipayung Asri di kawasan Puncak.
Ironis, dari tujuh orang yang dijajakan, enam diantaranya anak-anak SMP dan SMA.
Ternyata, bisnis haram ini telah dijalani Aryo pasca ia bebas Maret lalu. Aryo tak seorang diri, ia jalani bersama dua orang temannya Ucu dan seseorang berinisial E.
Tak main-main jumlah korbannya kian bertambah, semula hanya 7 orang, lalu berkembang menjadi 99 orang, dan kini menjadi 148 orang. Yang menambah miris, puluhan di antaranya melibatkan anak-anak.
Dalam perkembangannya, kasus ini bukan berlatar belakang karena faktor ekonomi semata. Brigjen Pol Agung Setya Direktur Tipideksus Bareskrim menegaskan bahwa ada juga anak yang berasal dari kalangan keluarga kaya.
"Ada pergeseran yang terjadi di masyarakat, kemiskinan tidak mendorong para korban melakukan hal tersebut", ungkapnya.
Bagaimana sesungguhnya hal ini bisa terjadi?
Malam ini, tayangan AIMAN bersama Jurnalis KompasTV, Aiman Witjaksono, akan mengupas habis dalam episode "Awas Pemangsa Anak Lelaki".
Seperti diketahui, anggota Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri beberapa waktu membongkar sindikat praktik prostitusi untuk kaum homoseksual online.
Bermula dari penangkapan satu orang tersangka utama yang bernama Aryo, saat menjajakan tujuh orang korbannya di hotel Cipayung Asri di kawasan Puncak.
Ironis, dari tujuh orang yang dijajakan, enam diantaranya anak-anak SMP dan SMA.
Ternyata, bisnis haram ini telah dijalani Aryo pasca ia bebas Maret lalu. Aryo tak seorang diri, ia jalani bersama dua orang temannya Ucu dan seseorang berinisial E.
Tak main-main jumlah korbannya kian bertambah, semula hanya 7 orang, lalu berkembang menjadi 99 orang, dan kini menjadi 148 orang. Yang menambah miris, puluhan di antaranya melibatkan anak-anak.
Dalam perkembangannya, kasus ini bukan berlatar belakang karena faktor ekonomi semata. Brigjen Pol Agung Setya Direktur Tipideksus Bareskrim menegaskan bahwa ada juga anak yang berasal dari kalangan keluarga kaya.
"Ada pergeseran yang terjadi di masyarakat, kemiskinan tidak mendorong para korban melakukan hal tersebut", ungkapnya.
Bagaimana sesungguhnya hal ini bisa terjadi?
